Organisasi seni pertunjukan yang terdiri dari kelompok Teater Koma
(Riantiarno), teater Mat Suya (ISI Yogyakarta), teater Gen (Putu Wijaya),
teater Grazz( Sekolah Tinggi Seni Indonesia/STSI Bandung), teater Mbeling (Kuta
Q), Sanggar Tari Cipta (Farida Utomo), Sanggar Argahari (Ibu Melly), Sangar
Teratai Putih (Ibu , Sanggar Sekapur Sirih (Ibu Rahmida S).
Selanjutnya, Sanggar Tari
Saraswati (I Gusti Agus Perbawa), Sanggar Lukis Gubug Semper(I Wayan Kuta),
Sanggar Pelangi Nusantara (Bapak Sampurno), Kelompok Wayang Orang Barata
(Nardi), Kelompok Wayang Orang Cipto Kawedar (Rusman-Darsih), Ketoprak Wargo
Budoyo (Bani Saptoto), Ketoprak Cipta Mandala (Jendral Kunti Harsoyo).
Kemudian, Kelompok
Lawak Srimulat (Bapak Timbul), Kelompok Lawak Patrio (Akri), Kelompok Musik
Peterpan (Ariel), Kelompok Musik Radja(Roseta), Kelompok musik Slank (Yoga),
Kelompok Musik Ungu (Pasha), dan lain lain adalah personifikasi organisasi seni
yang menetapkan sasaran dan tujuan maupun garis-garis pengembangan organisasi
dilakukan bersama dan dalam komitmen bersama.
Hingar-bingar
munculnya seni pertunjukan di Indonesia pada awaknya sebagai wujud organisasi
seni pertunjukan yang ada pada saat itu. Namun dalam perjalanan, nasib kelompok
seni pertunjukan ditentukan oleh performa masing-masing kelompok melalui
komitmen bersamanya. Komitmen bersama yang kuat menjadi pendorong wadah seni
pertunjukan semakin eksis.
Cermin organisasi
seni pertunjukan digawangi kepentingan diri yang tinggi. Apabila organisasi
seni pertunjukan kurang sehat, dalam perkembangan akan cepat bubar. Apabila
organisasi seni pertunjukan kurang sadar lingkungan mempercepat proses bubarnya
organisasi dengan keputusan individual yang kurang proporsional.