Apresiasi
berasal dari bahasa Inggris, to apreciatie artinya menghargai. Apresiasi adalah
sikap seseorang dalam kesanggupan menghargai dan menilai karya orang lain atau
karya sendiri, yang memiliki nilai-nilai luhur.
Mengapresiasi
karya seni adalah berusaha mengerti tentang seni dan menjadi peka terhadap
segi-segi di dalamnya, sehingga secara sadar mampu menikmati dan menilai karya
dengan semestinya.
Menilai
seni rupa terapan diperlukan proses pemahaman apresiasi seni rupa secara utuh,
yaitu dengan pengamatan, penghayatan terhadap karya, dan pengalaman berkarya
seni sehingga dapat menumbuhkan rasa haru, sikap empati dan simpati yang
akhirnya berkemampuan menikmati, menilai dan menghargai seni.
Karya
seni rupa terapan adalah karya seni yang dirancang dengan tujuan fungsional,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kerajinan tangan, rumah,
mobil, perabot rumah tangga).
Dalam
bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti
berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk
yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan,
yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik.
Cilpacastra
yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau
pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang
disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang.
Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah
ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu
ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di
Barat pada masa lampau.
Dalam
bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes,
dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan
kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang
yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada
di dalam kelompok-kelompok itu. Maka artista dapat dipersamakan dengan cilpa.
Ars
inilah yang kemudian berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis),
elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun
berkembang sedikit demi sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di
Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die
Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain
walaupun dengan pengertian yang sama.
(Bahasa
Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus,
yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni,
namun demikian die Kunst-lah yang diangkat untuk istilah kegiatan itu).
Dengan
timbulnya istilah seni murni (fine art) dalam abad 18 mulailah terjadi
perbedaan yang mendasar tentang seni murni dan seni pakai. Seni berkembang
terus, dan pada abad 19 ada usaha untuk menyatukan kembali antara seni dan
kria, dalam sejarah senirupa, kita mengenal lahirnya Werkstatte di Austria dan
Bauhaus di Jerman merupakan suatu usaha untuk menyatukan kembali seni murni dan
seni pakai.
Lahirlah
istilah yang kita kenal sekarang dengan sebutan disain industri. Namun
demikian, perkembangan seni rupa sejak tahun 60an sampai sekarang telah
menunjukkan suatu perkembangan yang berbaur dengan berbagai disiplin seni,
seperti munculnya seni Happening, seni Instalasi, Multimedia dan lain-lain,
juga batasan antara seni kriya yang betul-betul memiliki kemahiran teknik
(buatan tangan) dengan campuran yang menggunakan alat industri, juga
perkembangan teknologi fotografi yang demikian maju.
Media
sebagai sarana aktivitas seni dapat menghasilkan karya seni setelah melalui
proses penciptaan seniman berdasarkan pertimbangan artistik (nilai artistik).
Jadi karya seni sesuai dengan media yang dipakai meliputi jenisnya; antaranya
senirupa (visual art).