"Mengapa
memilih usaha radio transistor?" Begitu pertanyaan Presiden Soekarno
kepada pengusaha Drs. Thayeb Mohammad Gobel, di tahun 1950-an.
Gobel menjawab
takzim: "Supaya pidato Bapak dapat sampai kepada orang-orang di desa, di
tempat jauh terpencil, di kaki-kaki gunung, di pulau-pulau, meski di
tempat-tempat tersebut belum ada listrik, Pak." Sejarah mencatat, hanya
dalam kurun waktu satu dasawarsa (1954-1964) kemudian, sekitar satu juta unit
radio transistor "Tjawang" berhasil diproduksi dan dipasarkan dengan
baik oleh Thayeb Gobel.
Situs Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) menyebutkan, Thayeb Mohammad Gobel, kelahiran Tapa,
Bone Bolango, Gorontalo, 12 September 1930, pengusaha sukses. Ia pelopor
industri elektronik Indonesia dengan mendirikan National Gobel. Bukti
kepeloporannya mengembangkan industri elektronik di Tanah Air, pemerintah
menganugerahinya Satya Lencana Pembangunan.
Kiprah Thayeb Gobel
dimulai 1954, dengan mendirikan PT. Transistor Radio Manufacturing, pabrik
radio transistor pertama di Indonesia, dengan nama brand 'Tjawang'. Ia bekerja
sama dengan pihak Matsushita Electric Industrial Co., Ltd., Japan, pada 1960
untuk "Technical Assistance Agreement." Hanya dua tahun setelah itu,
1962, ia melahirkan produk TV pertama di Tanah Air.
Ketika itu,
perusahaannya diminta merakit televisi hitam putih untuk Asian Games, di
Jakarta. Sejak itu, bisnisnya di bawah bendera PT National Gobel, terus
berkembang. Pada 27 Juli 1970, ia menjalin joint venture dengan Matsushita
Electric Industrial Co., Ltd., di bawah nama PT National Gobel. Panasonic
bekerja sama dengan National Gobel dalam penjualan produk-produk perusahaan
Jepang tersebut, di Indonesia.
Memasuki 1980,
National Gobel jadi Gobel Dharma Nusantara. Lebih satu dasawarsa setelah itu,
1991, menjelma National Panasonic Gobel. Lalu, 1 April 2004 berganti nama jadi
PT. Panasonic Gobel Indonesia. Sejak itu, setiap tahun Panasonic menciptakan
produk terbaik, sebagai upaya melestarikan budaya kedua perusahaan yang telah
diterapkan para pendirinya. Sampai saat ini, di Tanah Air, Panasonic tetap
brand elektronik paling terkemuka, dengan sederet produk inovatif. Mulai dari
TV plasma, kamera, AC, kulkas, mesin cuci, dan lain sebagainya.
Masa kecilnya tidak
terlalu menggembirakan. Perceraian orangtuanya membuat Thayeb Gobel dan
adiknya, Dhani Gobel, hidup menumpang dari saudara yang satu ke kerabat
lainnya. Meski tetap bisa berkumpul dengan ibu kandungnya saat bersekolah di
Sekolah Rakyat, ia tak sepenuhnya bisa bermanja-manja. Karena ibunya sudah
menikah lagi, dengan ayah tirinya, guru SD di Tinombolo. Selepas SR, ia hidup
dengan pamannya di Gorontalo.
Setelah itu, ia
pindah ke rumah pamannya yang lain, di Makassar. Di ibu kota Sulawesi Selatan
ia bersekolah di SMP dan SMA Yayasan Perguruan Sawerigading. Thayeb Mohammad
Gobel merajut mimpinya dari Desa Tapo, Gorontalo, Sulawesi Utara, tanah
kelahirannya. Sejak kecil ia memiliki obsesi kuat untuk maju. Dengan bekerja
keras, ia akhirnya meraih gelar sarjana.
Gobel menjalani
karir bisnisnya dari bawah. Dimulai dari tenaga administrasi di Makassar,
salesman di Dasaad Musin Concern, kepala cabang di Fasco Surabaya. Setelah
berganti-ganti pekerjaan, dari guru SMP hingga wakil direktur, Gobel mendirikan
perusahaan sendiri. Ia gagal sehingga terpaksa kembali jadi karyawan. Pada
1975, Thayeb Gobel mendapat beasiswa Colombo Plan untuk mempelajari plastik di
Jepang. Di Negeri Sakura itulah ia bertemu Konosuke Matsushita, yang
membekaskan kesan mendalam bagi keduanya. Kelak, kerja sama mereka melahirkan
bisnis elektronik yang mendunia.
Ketika kembali ke
dunia bisnis, bekal pengetahuannya sudah cukup. Thayeb tertarik terjun
berbisnis elektronik bermula dari pidato Presiden Soekarno. Ketika itu Bung
Karno menginginkan setiap petani bisa menikmati barang mewah, seperti radio dan
lemari es. Alhasil, kredit dari Bank Industri Nasional Rp5 juta, digunakannya
mendirikan PT. Transistor Radio Manufacturing, yang memproduksi radio merek
Tjawang.
Ketika itu, semua
komponen radionya diimpor dari Austria. Ia meraih sukses. Gobel yakin,
perangkat radio yang akan membawanya meraih kesuksesan. Ia berkeyakinan dengan
berbisnis radio, perusahaannya akan berkembang di masa-masa mendatang. Melalui
kontribusinya dalam mengembangkan industri elektronik inilah, Thayeb Mohammad
Gobel dikenang sebagai “Bapak Industri Elektronik di Indonesia”.
Gerakan 30
September 1965 nyaris membuat usahanya bangkrut. Akan tetapi, dengan tempaan
pengalaman, Gobel berhasil mengatasinya. Ketika itu, keempat koleganya menjual
sahamnya kepadanya.Keluarnya UU No.1 Tahun 1967 tentang Usaha Patungan dengan
Pihak Asing, memberikan keberuntungan bagi Gobel. Pada 1970, ia melakukan
ekspansi usaha berpatungan dengan Matsushita Electric Industri Vo. Ltd dari
Jepang dengan modal US$15 juta. Perusahaan radionya berganti nama menjadi
National Gobel. Pada 1988, perusahaan ini menguasai 22 persen pangsa pasar
elektronik di Indonesia, dan mengekspor produknya ke 57 negara.
Thayeb Mohammad
Gobel - Konosuke Matsushita, sinergi dari dua loso perusahaan ini. Thayeb
Gobel berloso "Pohon Pisang", mitranya, Matsushita dikenal dengan
"Air Mengalir". Seperti cerita Rahmat Gobel, putra Thayeb Gobel,
penerus usaha keluarga itu, hingga kini kedua loso pendiri perusahaan itu,
bersatu dan membentuk sinergi luar biasa dalam membangun bisnis Panasonic di
Indonesia.
Gobel percaya,
pohon pisang simbol paling tepat untuk menggambarkan peran sebuah perusahaan di
tengah masyarakat. Kita tahu, tidak ada bagian dari pohon pisang yang tak dapat
digunakan. Semua berguna.
Lihatlah, buahnya
enak dimakan, daun dan bagian lainnya dapat dipakai untuk berbagai keperluan
sehari-hari. Sifat pohon pisang yang dapat tumbuh di mana saja menjadikannya
selalu tersedia di mana pun, dan regenerasinya sangat mudah. Itulah yang
menurut Gobel re‑eksi terbaik dari sebuah perusahaan. Layaknya pohon pisang,
perusahaan hendaknya berguna bagi masyarakat. Artinya, kehadiran perusahaan
harus bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu, bagi
Panasonic, air pun demikian, tersedia dalam jumlah relatif banyak dan dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, sesuai kebutuhan. Air sangat krusial untuk
kelangsungan hidup manusia. Seperti halnya air yang mengalir, produk elektronik
pun seharusnya mudah tersedia dengan harga terjangkau untuk kebutuhan
masyarakat. Sinergi dari kedua loso inilah yang membentuk produk-produk
Panasonic senantiasa berkualitas. Layaknya air, ia mengisi kebutuhan dari
tempat terendah hingga atas. Lalu, seperti pohon pisang, ia sangat berguna bagi
masyarakat.