Fuel cell : dalam
bahasa Indonesia disebut dengan sel bahan bakar. Prinsip operasi dari alat fuel
cell mirip dengan baterai yaitu reaksi kimia yang dipergunakan untuk menghasilkan
arus listrik.
Perbedaan utama
dengan baterai adalah bahwa fuel cell menggunakan asupan bahan bakar yang dapat
terus-menerus dialirkan ke dalam fuel cell , sehingga fuel cell dapat terus
beroperasi selama ada suplai bahan bakar (H2, O2, etanol, metanol).
Berbeda dengan
baterai, bila bahan kimia yang menjadi sumber energi telah habis, baterai tidak
akan menghasilkan energi listrik karena tidak ada asupan bahan bakar yang bisa
dimasukkan ke dalam baterai tersebut.
Indonesia memiliki
potensi alam berupa sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun dan potensi
angin di daerah pantai yang memungkinkan untuk pembangkit listrik terbarukan
melalui panel surya dan turbin bertenaga angin.
Energi listrik yang
dibangkitkan oleh panel surya dan turbin bertenaga angin berpotensi untuk
dimanfaatkan pada proses elektrolisis air guna memproduksi gas H2 yang dapat
dipakai dalam fuel cell. Bahan bakar baru yang aman dan ramah lingkungan
diperlukan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Fuel cell dengan bahan bakar gas
H2 dan O2 sebagai alternatif yang tepat sebab gas buang berupa air sangat ramah
lingkungan.
Lahan pertanian
yang luas dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sebagai bahan bakar
bioetanol untuk fuel cell. Tanaman seperti jagung, singkong, tebu, nira, sagu,
sorgum, berbagai jenis rumput laut, kayu yang mengandung selulosa. Perencanaan
yang baik, dalam upaya melakukan budidaya dengan menjaga kelestarian lingungan
dalam jangka panjang akan dapat memberikan dukungan terhadap kesejahteraan
masyarakat.